Sesi Photo bersama dengan 90 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengikuti kegiatan Training of Trainers (ToT) Keuangan yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB bekerjasama dengan Gerakan Mengajar Desa (GMD) NTB di Kantor OJK Provinsi NTB. Photo: Istimewa
Mataram - Sebanyak 90 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengikuti kegiatan Training of Trainers (ToT) Keuangan yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB bekerjasama dengan Gerakan Mengajar Desa (GMD) NTB pada hari Selasa, 23 Januari 2024 di Kantor OJK Provinsi NTB.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat hingga ke perdesaan melalui program Ekspedisi Mengajar Desa Batch 3 yang diisi oleh para relawan GMD NTB. Para relawan ini akan mengajar di dua desa yang menjadi destinasi ekspedisi, yaitu Desa Bilok Petung dan Desa Sambik Elen.

“Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, para relawan dapat menjadi agen perubahan yang mampu memberikan edukasi keuangan yang bermanfaat bagi masyarakat desa. Kami juga berharap para relawan dapat menginspirasi anak-anak desa untuk terus belajar dan bermimpi besar”, kata General Secretary GMD NTB Baiq Yulia Rizkia Wulandari dalam sambutannya.

Menurut Yulia, dengan bekal ilmu, seseorang dapat mengubah dunia, terutama di tangan anak muda Indonesia yang kreatif, inovatif, dan kolaboratif. Ia juga mengapresiasi kerjasama yang terjalin antara GMD NTB dan OJK NTB dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.

Sementara itu, Kepala OJK Provinsi NTB Rico Rinaldy mengatakan bahwa edukasi keuangan hingga ke masyarakat perdesaan sangatlah penting, mengingat tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan formal masih rendah. Ia mencontohkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilaksanakan OJK pada tahun 2022, yang menunjukkan bahwa hanya 49,68% responden yang memahami produk dan layanan jasa keuangan formal yang mereka gunakan.

Rico juga menyampaikan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat NTB sebesar 65,45% yang merupakan tertinggi ke-2 secara nasional, dan inklusi keuangan sebesar 82,34% di bawah rata-rata nasional. “Kondisi ini kami harapkan selalu meningkat konsisten dengan melibatkan anak muda dalam proses pencapaiannya. Peringkat NTB bukanlah hal terpenting, yang utama adalah nilai indeks yang dicapai setiap tahunnya selalu meningkat”, ujarnya.

Dalam kegiatan ToT ini, para relawan mendapatkan materi dari berbagai narasumber dari industri jasa keuangan, antara lain Bursa Efek Indonesia (BEI) NTB, Bank NTB Syariah, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) NTB, dan BRI Danareksa Sekuritas. Mereka memperkenalkan berbagai produk dan layanan keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti pasar modal, perbankan syariah, asuransi usaha ternak, dan investasi di pasar modal dengan risiko minimal.

Selain itu, OJK NTB juga memberikan materi mengenai tugas dan fungsi OJK, mekanisme pengaduan dan penyelesaian sengketa melalui Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK), serta tips mengenali penawaran investasi dan pinjaman online ilegal yang berpotensi merugikan masyarakat.

Dengan terlaksananya kegiatan ini, diharapkan para relawan dapat menjadi agen literasi dan inklusi keuangan yang dapat memberikan edukasi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat desa. Dengan menanamkan mindset semangat belajar dengan melibatkan anak muda, kegiatan ini diharapkan mampu mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan masyarakat di NTB. (red.)